Selidikilah

Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal! Mazmur 139:23, 24

Selasa, 06 Januari 2009

SEPULUH HAL TENTANG ENGKAU



10 HAL TENTANG ENGKAU

1

Ada Seseorang di dalam dunia ini yang mencintaimu,

dalam beberapa cara


2

Suatu senyuman darimu, dapat membawa kebahagiaan kepada seseorang, sekalipun mereka tidak suka kamu


3
Tiap malam, SESEORANG JURUSLAMAT memikirkanmu sebelum engkau pergi ke tidur


4

Engkau sangat berarti di dunia bagi seseorang.


5
Tanpa engkau, seseorang tidak mungkin hidup.


6

Engkau memiliki keunikan dan keistimewaan, di dalam caramu


7

Seseorang yang engkau tidak ketahui sesungguhnya, mencintaimu


8
Ketika kamu pernah membuat kekeliruan yang paling besar,

sesuatu yang baik datang dari itu.


9

Ketika kamu berpikir bahwa kamu tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi apa yang kamu inginkan, kamu mungkin tidak akan mendapatkan itu, tetapi jika kamu percaya akan diri sendiri, mungkin cepat atau lambat kamu akan mendapatkan itu

10

Jika engkau selalu menceritakan kepada seseorang perasaan anda disekitar mereka, kamu akan merasakan lebih baik ketika mereka mengetahui.




MANUSIA SEJATI



MANUSIA SEJATI


  1. Engkau dicari disaat engkau tidak hadir

  2. Orang-orang akan menangis bila berpisah denganmu

  3. Semakin lama semakin banyak sahabatmu

  4. Orang-orang takut menyinggung perasaan walaupun mereka ingin berbicara denganmu.

  5. Orang-orang takut bila mereka menjadi musuhmu

  6. Disetiap kegiatan, engkau hadir sebelum orang lain tiba dan engkau pulang setelah semua telah pergi

  7. Engkau selalu diam disaat orang lain banyak bicara

  8. Orang-orang suka mempromosikan dirimu, alau engkau tidak mengininkan hal itu

  9. Orang-orang lebih suka mendengarkan engkau dari pada mereka berbicara kepadamu

  10. Dunia menjadi sepih tanpa kehadiranmu

  11. Orang-orang segan untuk menjadi pemimpinmu

  12. Orang-orang akan mencari tahu siapa ayah, ibumu dan Tuhanmu

  13. Orang-orang yang sombong, iri hati dan pemarah akan malu bertemu denganmu

  14. Orang-orang miskin selalu berterima kasih atas kebaikan hatimu

  15. Para pemimpin akan mengunjungimu dan meminta saran, nasihat dan petunjukmu

  16. Para bangsawan sangat senang menginap dirumahmu.

  17. Orang-orang akan menyebutmu orang besar yang sederhana.

  18. Akhirnya : Orang-orang suka sepertimu


Siapakah Yesus Kristus yang Kita Percaya


SIAPAKAH YESUS KRISTUS YANG KITA PERCAYA


Terhadap yang berdosa, Ia adalah penebus

Terhadap yang bersalah, Ia pemberi pengampunan

Terhadap yang kaya, Ia pemberi teladan kesederhanaan

Terhadap yang miskin, Ia pemberi berkat

Terhadap yang berduka, Ia adalah penghibur

Terhadap yang malang, Ia adalah pemberi keberuntungan

Terhadap yang bersedih, Ia pemberi sukacita

Terhadap yang letih lesuh, Ia pemberi kelegahan

Terhadap yang percaya, Ia pemberi janji

Terhadap yang berbeban berat, Ia adalah sumber pertolongan


DIALAH YESUS KRISTUS YANG KITA PERCAYA


Terhadap yang sombong, Ia adalah rendah hati

Terhadap yang sesat, Ia penuntun ke jalan yang benar

Terhadap yang bimbang, Ia pemberi keputusan

Terhadap yang gelisah, Ia pemberi ketenangan

Terhadap yang kacau, Ia pemberi kedamaian

Terhadap yang keras hati, Ia penuh kesabaran


AKU TETAP SETIA KEPADANYA KARENA .....


Terhadap yang menurut, Ia pemberi upah

Terhadap yang beriman, Ia pemberi keyakinan

Terhadap yang mengasihiNya, Ia penuh cinta

Terhadap yang memimpin, Ia pemberi kebijaksanaan

Terhadap yang dicobai, Ia pemberi kekuatan

Terhadap yang sakit, Ia pemberi kesembuhan

Terhadap yang bergumul, Ia pemberi kemenangan

Terhadap yang lemah, Ia pemberi kuasa

Terhadap yang bimbang, Ia pemberi petunjuk

Terhadap yang kasar, Ia adalah lemah lembut


W. Tulong


Humor-Humor Rohani







ISTRI YANG LUGU

Sehabis kebaktian sepasang suami-istri mengadakan perjalanan dengan mobil ke luar kota. Tampaknya sang suami belum dapat meninggalkan kebiasaan lamanya, yaitu menenggak minuman keras sebelum bepergian yang mengakibatkan dia mabuk.

Akibat memacu kendaraannya melebihi batas polisi menyetop dan menyuruhnya ke pinggir.

Anda tidak sadar kalau anda ngebut?” tanya polisi.

Eh, maaf, saya tidak menyadari,” jawab sang suami.“Ah, saya sudah peringatkan tapi dia tidak peduli,” kata istrinya yang tampak kesal.

Tutup mulut!” bentak suaminya, “tugas kamu duduk diam di situ.”

Polisi lalu memeriksa plat nomor mobil. “Plat nomor anda ini juga sudah kedaluwarsa. Apa anda tidak menyadarinya?”

Oh, saya tidak perhatikan,” sahut sang suami.

Bohong! Sejak dua bulan lalu saya sudah ingatkan, tapi dia tidak ambil pusing,” aku istrinya lagi.

Diam, tolol! Saya sudah bilang, tugas kamu hanya duduk diam di tempatmu!” suaminya membentak lebih geram lagi.

Polisi mulai curiga ada sesuatu yang tidak beres. Dia lalu berputar ke pintu sebelah dekat sang istri. “Bu, apakah suami anda selalu bersikap kasar seperti itu?” tanyanya.

Tidak, hanya kalau dia sedang mabuk saja,” jawabnya lugu.

Seketika itu juga polisi mengeluarkan surat tilang untuk pengemudi kasar dan slebor ini.

[Kiriman: Supriyono Sarjono, Bandung]

(Pesan moral: Kata orang, kejujuran adalah peraturan yang terbaik; dan orang yang hatinya lurus dengan orang yang berliku-liku ibarat air dan minyak, tak dapat dipersatukan. Ada juga orang yang lembut jika keadaan berjalan normal, tapi berubah jadi macan kalau kebohongannya terusik. Lebih baik miskin asal bersih kelakuannya, daripada kaya tapi jalannya berliku-liku. Ams. 28:6.)

MENANGIS GARA-GARA TERTAWA

Toni yang berumur sepuluh tahun menemui ibunya di dapur sambil terisak-isak.

Kamu kenapa?” tanya ibunya.

Tadi ayah sedang memasang gambar di kamar tamu terus jarinya kena palu,” cerita Toni dengan wajah sedih.

Ton, itu biasa. Tidak apa-apa,” kata ibunya membujuk. “Mungkin kamu sedih ya? Tapi anak laki-laki seperti kamu tidak seharusnya menangis gara-gara menyaksikan kecelakaan kecil begitu.”

Tapi saya yang kesakitan,” balas Toni.

Lho, kenapa begitu? Bukannya kamu seharusnya ketawa?” tanya ibu sedikit heran.

Justeru karena saya ketawain makanya saya dikemplang ayah!”

Kali ini ibunya yang tertawa sementara tangis Toni kian menjadi-jadi…

(Pesan moral: Tertawa itu sehat, tapi tertawa itu juga kejam. Bahkan menertawai orang lain yang sedang sial, atau yang kurang beruntung dibandingkan dengan kita, dapat mengakibatkan kesakitan pada kedua pihak. ”Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis,” kata Paulus dalam Rm. 12:15.)

SESUATU YANG BERSIFAT ROHANI

Seorang pendeta sedang berada dalam suatu penerbangan malam hari dari Chicago ke Los Angeles ketika pesawat mereka memasuki kawasan turbulensi dengan hempasan badai yang sangat menakutkan.

Ketika cuaca bertambah buruk suasana dalam pesawat semakin tegang dan hampir semua penumpang terlihat khusyuk berdoa. Beberapa orang mulai gelisah, bahkan awak kabin yang tadinya berusaha menenangkan penumpang kini mulai tak kuasa menyembunyikan kepanikan mereka.

Tiba-tiba seorang pramugari mendekati tempat duduk pendeta ini. Rupanya dari manifes mereka mengetahui ada penumpang seorang pendeta.

“Pak pendeta, semua penumpang sudah gelisah dan takut. Apakah anda bisa mengadakan sesuatu, apa saja, yang bersifat rohani?” pinta pramugari itu.

“Ehm, saya boleh meminjam sebuah baki dengan kain serbet?” tanya pendeta.

Tanpa banyak tanya pramugari itu tergopoh-gopoh menuju ke pantry dan kembali dengan sebuah baki yang biasa digunakan menyajikan minuman, lengkap dengan sehelai kain serbet putih.

Beberapa saat kemudian sang pendeta berdoa…lalu dengan baki itu dia mengumpulkan persembahan!


(Pesan moral: Di gereja, liturgi apa yang paling berkesan bagi anda? Kidung pujiankah? Berdoakah? Apa pula yang paling anda tidak sukai? Khotbahkah? Persembahankah? Beribadah adalah sebuah rangkaian upacara perbaktian yang tujuan pokoknya adalah menyembah Allah, termasuk melalui persembahan. Sebab Firman Tuhan, janganlah seseorang “menghadap hadirat Tuhan dengan tangan hampa.” Ul. 16:16.)

BERPAKAIAN PANTAS

Kebaktian di gereja yang mentereng itu hampir dimulai. Para jemaat tampak memasuki rumah perbaktian itu dengan pakaian yang necis, bermerek, bersolek, menebarkan aroma harum beraneka ragam. Kecuali seorang pria setengah baya yang bajunya agak kumal dan tentu saja tidak wangi. Dia datang ke gereja dengan mengayuh sepeda.

Jelas sekali pria ini adalah tamu yang baru pertama kali masuk gereja itu, dan tampaknya dia mengunjungi sebuah gereja yang “salah” karena tidak cocok dengan keadaannya. Buktinya tidak seorangpun yang menyalami, bahkan sebagian orang memandangnya dengan nyinyir.

Dalam khotbahnya pendeta berbicara tentang kebutuhan dana yang besar untuk menyokong program gereja, angka-angka yang amat mencengangkan di telinga pria itu.

Tetapi yang lebih mengejutkan lagi ialah ketika selesai kebaktian pendeta mendatangi pria sederhana itu dan menegur, “Minggu depan, kalau mau masuk ke gereja ini lagi, sebelum berangkat dari rumah bertanyalah kepada Tuhan pakaian seperti apa yang patut untuk perbaktian.”

Minggu berikutnya pria itu datang lagi. Masih tetap bersepeda dan dengan pakaian masih seperti yang lalu. Sekali lagi, tidak ada yang mengacuhkan dia, dan sehabis kebaktian pendeta juga kembali menemuinya.

“Kalau tidak salah, minggu lalu saya sudah sarankan anda supaya sebelum datang ke gereja ini bertanyalah dulu kepada Tuhan pakaian apa yang pantas untuk kebaktian,” tukas pendeta.

“Ya, saya sudah lakukan seperti saran pak pendeta,” jawab pria itu lugu.

“Lalu?”

“Tuhan bilang, Dia sendiri tidak tahu sebab belum pernah masuk ke gereja ini!”


(Pesan moral: Bagi sebagian orang pakaian merupakan hal paling penting untuk ke gereja. Bahkan ada yang pantang masuk gereja kalau tidak memakai baju baru! Tidak jelas, apakah mereka masuk gereja untuk bertemu Tuhan atau bertemu orang-orang. Perhiasan kita bukan “secara lahiriah…dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah…yang sangat berharga di mata Allah” 1Ptr. 3:3, 4.)


GARA-GARA PAKAIAN

Para diakones di sebuah gereja mengadakan rapat. Mereka sedang membicarakan tentang seorang janda dengan ketiga anak gadisnya yang sudah lama tidak muncul di gereja.

“Saya sudah melawat ke rumah ibu itu. Dia mengeluh malu datang ke gereja karena anak-anaknya tidak punya baju yang bagus seperti teman-teman mereka,” ungkap pemimpin diakones.

“Oh, kalau itu masalahnya, kita bisa mengumpulkan sumbangan untuk mereka. Bisa berupa uang atau juga pakaian bekas yang masih layak dipakai ke gereja,” usul salah seorang diakones.

Dalam minggu itu juga terkumpullah selusin pakaian, setengah lusin pasang sepatu hak tinggi, dan sejumlah uang. Semuanya langsung diserahkan kepada keluarga itu.

Hari Minggu berikutnya janda itu sudah masuk gereja, tapi ketiga anak gadisnya tidak muncul. Dengan rasa penasaran kepala diakones mendekati janda itu.

“Kami tidak melihat anak-anak anda. Apa mereka sakit? Atau baju-baju dan sepatunya tidak pas?” tanya kepala diakones.

“Oh tidak, mereka sehat-sehat saja. Baju-baju dan sepatu itu juga semuanya pas dan bagus,” sahut janda itu. “Karena penampilan mereka sekarang oke banget, makanya saya suruh mereka masuk gereja Advent saja!”


(Pesan moral: Gereja Advent bukan saja “spesial” karena doktrin Sabat Hari Ketujuh, tapi juga “istimewa” karena cara berpakaian jemaatnya yang senantiasa rapi bila ke gereja. Ini khas orang Advent sejak dulu, dan di mana-mana begitu. Tentu saja hal ini positif. Tetapi penampilan lahiriah tidak cukup kalau belum seperti Ayub yang juga “berpakaian kebenaran dan keadilan…seperti jubah dan serban” Ay. 29:14)





PENDETA DAN POLISI

Pagi itu dua orang pendeta yang sedang berboncengan mengendarai sepedamotor dengan kecepatan cukup tinggi dihentikan oleh polisi lalu-lintas yang sedang berpatroli mencari “mangsa” di pinggiran kota.

Selamat pagi. Anda memacu sepedamotor terlampau kencang. Coba lihat SIM-nya,” tegur polisi sambil memasang wajah angker.

Maaf, kami sedang terburu-buru untuk memimpin misa pagi,” sahut pengendara.

Polisi langsung mengetahui bahwa kedua orang itu adalah rohaniwan setelah melihat keduanya mengenakan jas dan kemeja hitam berleher tinggi dengan warna putih kecil di bagian leher depan.

Saya hanya mau mengingatkan bapak bahwa cara mengendarai sepedamotor seperti itu bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain,” kata polisi dengan nada suara agak sungkan dan berniat hendak melepaskan keduanya.

Ah, tidak usah khawatir,” kata kedua pendeta itu hampir berbarengan, “kami mengendarai sepedamotor ini bersama Yesus.”

Oh, kalau begitu, anda saya tilang,” tukas polisi. “Mengendarai sepedamotor bertiga jelas melanggar peraturan lalu-lintas!”

(Pesan moral: Di negara hukum seharusnya tidak ada yang kebal hukum atau yang memanfaatkan hukum untuk mencari keuntungan pribadi. Hukum adalah untuk menciptakan keharmonisan dan ketenteraman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, “Karena segala pemerintah bukannya mendatangkan takut atas perbuatan yang baik, melainkan atas perbuatan yang jahat” Rm. 13:3; Terjemahan Lama.)

***



KUE TAR DAN KERTAS TOILET

Yeni memang terkenal pintar membuat kue tar, karena itu dia diminta untuk menyumbangkan satu loyang ukuran besar untuk dilelang dalam rangka usaha pengumpulan dana departemen dorkas di gerejanya. Tetapi karena sibuk dia baru teringat akan janjinya itu dua jam sebelum acara lelang.

Entah mengapa kue tar yang dibuat agak terburu-buru itu ternyata bagian tengahnya amblas. Karena tidak ada waktu lagi untuk membuat yang baru, dia mengakalinya dengan menyumpel kertas toilet pada bagian tengah kue itu lalu memolesnya. Dari luar kue tar itu tampak sempurna dan indah.

Jangan lupa ya, begitu kue ini dilelang kamu langsung menawarnya. Pokoknya berapapun harganya kue tar ini harus kamu beli,” kata Yeni wanti-wanti kepada suaminya.

Tidak masalah,” jawab sang suami.

Tapi rencana tidak berjalan mulus. Mereka terlambat tiba di tempat lelang dan kue tar “rasa kertas toilet” itu sudah keburu dibeli orang.

Keesokan harinya Yeni dan suaminya menghadiri undangan di rumah seorang ibu pejabat yang menyelenggarakan pesta ulangtahun. Ketika tiba acara pemotongan kue ulangtahun alangkah terkejutnya mereka berdua melihat kue tar yang dibuat Yeni diarak ke depan dalam keadaan persis seperti semula, kecuali dihiasi beberapa lilin menyala.

Wow, indah sekali kue ulangtahunnya,” puji ibu-ibu yang hadir.

Dengan senyum bangga ibu pejabat itu berkata, “Ini buatan putri saya sendiri yang baru tamat sekolah masak-memasak di luar negeri!”

Semua orang berdecak kagum, kecuali Yeni dan suaminya yang mulai berkeringat dingin.

(Pesan moral: Orang mudah terkecoh dengan penampilan luar. Tetapi Tuhan Yesus berkata, celakalah orang yang “di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan” Mat. 23:28. Biarlah kita menjadi seperti Raja Daud, yang berdoa agar “Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku” Mzm. 25:21.)

***



PAULUS DAN SALOMO

Diceritakan tentang seorang politikus dan orator (jago pidato) Amerika tersohor, William Jennings Bryan (1860-1925), ketika melamar calon istrinya telah mengutip tamsil Salomo: “Siapa mendapat istri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan Tuhan” Ams. 18:22.

Calon ayah mertuanya kemudian menjawab dengan mengutip nasihat Paulus dalam 1Kor. 7:38: “Orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik.”

Bryan, yang terkenal tidak pernah kehilangan kamus untuk menjawab, berkata: “Ya, tapi Paulus tidak punya istri, sedangkan Salomo punya 700 istri. Jadi, menurut saya, Salomo pasti lebih baik dalam membuat penilaian tentang perkawinan.”

(Pesan moral: Kalau Salomo dianggap lebih kredibel untuk menilai, maka camkanlah beberapa nasihatnya berikut ini: Seorang istri yang berakal budi adalah karuniaTuhan [Ams. 19:14], dan istri yang cakap lebih berharga dari permata [Ams. 31:10]; tetapi istri yang suka bertengkar serupa dengan tiris yang tidak henti-hentinya menitik pada waktu hujan [Ams. 27:15], dan istri yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya [Ams. 12:4].)